Senin, 27 Juli 2009

Khofifah: Pelajar NU Terpola dengan Pemikiran Liberal



Gerakan kaum pelajar-mahasiswa Nahdlatul Ulama (NU), seperti IPNU, IPPNU, dan PMII, kembali menuai kritikan pedas. Setelah Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, kini giliran Khofifah Indar Parawansa, Ketua Muslimat NU menilai kaderisasi di kalangan pelajar yang kurang berkembang.

Menurut Khofifah, banyak anak keluarga NU yang justru aktif di organisasi lain, seperti PKS dan Hizbut Tahrir. Padahal, mereka memiliki potensi intelektual yang cukup baik dan tersebar di berbagai perguruan tinggi ternama.

Ia menilai persolan itu terjadi karena keberadaan mereka kurang tersapa NU. ”Mulai sekarang IPNU dan IPPNU harus bisa mendirikan komisariat di sekolah SMP dan SMA. Ini sebagai bentuk kaderisasi,” katanya.

Dalam kegiatan Kongres IPNU ke-16 dan IPPNU ke-15 itu, Khofifah yang pernah menjabat Ketua PC IPPNU Surabaya dan PMII Surabaya menegaskan, perekrutan kader baru mutlak dilakukan, termasuk juga sekolah favorit.

Caranya, kata dia, bukan lantas melakukan pendaftaran di sekolah-sekolah, melainkan dengan membuka lembaga bimbingan belajar maupun pembiasaan kultur ahlussunnah wal jamaah.

Cara ini akan memudahkan pembuatan database penyebaran kader NU dan selanjutnya mempercepat pembukaan komisariat di tingkat SMP dan SMA. Pembidikan pelajar sekolah menengah ini dengan tetap memperhatikan local content.

Ia mengatakan perlunya diversifikasi profesi dengan cara mendekati kader-kader NU yang berada di perguruan tinggi. Sayangnya, ia melihat kader NU tidak memiliki kepercayaan tinggi untuk menjangkau hal itu. ”Kita tidak didukung dengan sayap spirit tinggi. Padahal, di luar sana berjalan begitu dinamis,” katanya.

Ia melanjutkan keberadaan IPNU dan IPPNU sebagai kanalisasi wilayah profesi. Tidak semua kader nanti menjadi tokoh politik, cendekiawan, tapi juga tokoh umat dan pemimpin pesantren.

Hal itu dikemukannya aktivis muda NU sekarang lebih condong pada gerakan pemikiran liberal. Ia pun mempertanyakan organisasi itu kian jauh dari nuansa agama.

”Saat ini sudah ada gerakan antitahlil, gerakan antishalawat, apa jadinya bila tidak mencoba mengadakan peringatan hari besar Islam. Saat ini terjadi krisis identitas, pembebasan pola pikir telah menjadi sedemikian rupa di kalangan muda NU. PMII punya Nilai Dasar Pergerakan (NDP) namun tidak diimplementasikan,” paparnya.

Khofifah meminta pimpinan gerakan muda NU disiapkan dengan benar, tidak instan, dan tidak pragmatis. Upaya itu sebagai pembentukan mental pejuang, pekerja keras, sehingga bisa survive. (www.nubatik.net)

0 komentar:

 
© free template by Blogspot tutorial